Mengupas Sejarah Kerajaan Tidore dan Penyebab Runtuhnya
Tak hanya di bagian barat, Indonesia bagian timur ternyata juga memiliki kerajaan yang terletak di Maluku. Tempat ini bahkan sempat dikenal dengan Moloku Kie Raha atau persatuan empat karajaan, karena memiliki 4 kerajaan.
Namun, perpindahan beberapa kerajaan membuat Kerajaan Ternate dan Tidore hidup berdampingan disini. Untuk itu, berikut sejarah Kerajaan Tidore yang harus diketahui.
Awal Mula Kerajaan Tidore
Maluku yang memiliki 4 kerajaan terdiri dari Ternate Tidore, Makian dan Moti. Wilayah ini pada dasarnya dihuni oleh orang yang berasal dari halmahera. Lazimnya Kerajaan Tidore sendiri berdiri pada tahun 1081 oleh Muhammad Naqil.
Namun, kondisi perjanjian moti abad ke-14 menjadikan Kerajaan Moti pindah ke Jailolo (Halmahera Barat) dan Makian pindah ke Bacan (Halmahera Selatan).
Kini, Maluku hanya memiliki 2 kerajaan besar, yaitu Kerajaan Tidore dan Kerajaan Ternate. Letak yang saling berdampingan menyebabkan kedua kerajaan ini memiliki persaingan yang ketat dalam hal apapun.
Padahal, raja pertama dari kedua kerajaan ini pada dasarnya adalah saudara kandung yang berasal dari halmahera dengan kekuasaan yang sama.
Kondisi maluku sebagai salah satu jalur perdagangan juga menghadirkan budaya baru seperti Islam yang berasal dari Arab. Hal ini bahkan menyebabkan Raja Tidore 11, Sultan Djamaluddin menjadikan agama Islam sebagai agama resmi untuk kerajaan Tidore.
Jalur masuk islam yang dilakukan oleh kerajaan ini terjadi akibat dakwah Islam yang dikumandangkan oleh Syekh Mansur dari Arab.
Sejarah Kerajaan Tidore menyebutkan bahwa kerajaan ini pada awalnya memiliki kepercayaan Symman, yaitu kepercayaan akan roh leluhur untuk dipuja.
Namun, masuknya budaya Arab ke wilayah ini menyebabkan Kerajaan Tidore menjadi kesultanan atau kerajaan bercorak islam pada tahun 1495 yang dipimpin oleh Sahajati dengan gelar Sultan Djamaluddin.
Kerajaan ini bahkan bisa hidup makmur menjadi salah satu Kerajaan Islam di Nusantara. Pasalnya, kondisi perdagangan rempah-rempah di jalur internasional membuat wilayah ini memiliki kondisi ekonomi yang masyhur. Kerajaan Tidore bahkan telah memperkuat armada militer untuk memperluas kawasan.
Baca Juga: Tertarik Sejarah Kerajaan Sunda? Yuk Intip Cerita Singkat Ini
Kedatangan Bangsa Eropa Di Wilayah Maluku
Kedatangan bangsa eropa dalam rangka mencari rempah-rempah ternyata mampu menyulut pertikaian antara Kerajaan Tidore dan Kerajaan Ternate. Sejarah Kerajaan Tidore menyebutkan bahwa Kerajaan Tidore menerima kedatangan Spanyol dengan baik setelah Kerajaan Ternate menjalin hubungan dengan bangsa Portugis.
Mendapati kondisi tersebut, bangsa Spanyol dan Portugis yang sedang berebut kekuasaan juga memanfaatkan kesempatan untuk mengadu domba Kerajaan Tidore dan kerajaan Ternate.
Meski demikian, pengaruh negara eropa akhirnya mampu dipahami oleh kedua kerajaan sehingga mampu mengusir bangsa Portugis dan Spanyol yang ingin memonopoli perdagangan.
Namun, persaingan Kerajaan Tidore dan Kerajaan Ternate bahkan semakin memanas dalam hal perdagangan. Kerajaan Tidore bahkan menguasai wilayah Maluku bagian timur dan pantai Papua.
Kerajaan ini juga memiliki perjanjian yang disebut sebagai Uli-Siwa atau persekutuan sembilan bersaudara. Perjanjian tersebut bahkan dihadirkan oleh Sultan Nuku ketika Kerajaan Tidore mencapai masa kejayaan.
Masa kejayaan yang tidak bisa meredakan perselisihan bahkan dimanfaatkan oleh bangsa Belanda ada tahun 1605. Monopoli Belanda bahkan lebih kejam dibandingkan dengan bangsa eropa sebelumnya.
Baca Juga: Kesultanan Islam Pertama, Ini Sejarah Kerajaan Perlak
Misalnya saja pihak VOC yang memaksa penyerahan hasil bumi, hak ekstirpasi dan pelayaran hongi. Mendapati kondisi tersebut, sejarah Kerajaan Tidore menunjukkan adanya perlawanan yang keras terhadap sistem yang diterapkan oleh bangsa Belanda.
Kondisi ini akhirnya mampu membuat Sultan Nuku menyatukan Kerajaan Tidore dan Ternate. Sehingga VOC mulai mencari celah ketika Sultan Nuku meninggal (1805). Namun, perlawanan ini akhirnya muncul kembali dibawah pimpinan Pattimura.
Peninggalan Kerajaan Tidore
1. Masjid Sultan Tidore
Masjid Sultan Tidore telah dibangun sejak abad ke-17. Bangunan ini dibangunan pada masa pimpinan Sultan Zainal Abidin. Masjid Sultan Tidore yang unik dan megah ini bahkan menandakan adanya pengaruh islam yang telah masuk ke wilayah Maluku. Bangunan masjid ini bahkan masih difungsikan hingga saat ini.
2. Kadato Kie (Istana Kie)
Kedato atau dikenal dengan istana merupakan warisan bersejarah peninggalan Kerajaan Tidore. Pasalnya, istana yang sering dikenal dengan Kie Palace atau Kedato Kie ini telah dibangun sejak 1812 oleh Sultan Syahjuan T. Istana ini dihadirkan dengan desain interior yang apik dan menggambarkan sejarah Kerajaan Tidore pada masanya.
3. Benteng Torre Dan Tahula
Bangunan yang satu ini memiliki pengaruh penting pada masa kolonial Portugis. Benteng Torre dan Tahula yang terletak di dekat Istana Kie atau Kadato Kie sempat digunakan Portugis untuk melawan Belanda. Bangunan ini bahkan selalu dijaga hingga saat ini karena menjadi bukti kerajaan yang pernah berjuang pada zaman dahulu.
Demikianlah beberapa ulasan terkait Kerajaan Tidore mulai dari berdirinya hingga masa kemunduran. Paparan kisah tentang kerajaan Tidore yang selalu bersaing dengan Kerajaan ternate menunjukkan kelemahan sehingga sering dimanfaatkan oleh bangsa asing. Hingga akhirnya, masa kejayaan kerajaan yang dipimpin oleh Sultan Nuku mampu menyatukan kedua Kerajaan tersebut.
Baca Juga: Jadi Pusat Perdagangan Penting, Ini Sejarah Kerajaan Malaka