IPK Memang Bukanlah Segalanya, Selama 7 Kualitas Ini Kamu Punya

Setiap akhir semester, ada saja yang jantungnya dibuat berdebar-debar menunggu keluarnya IPK. Nggak sedikit, yang mendapatkan nilai hampir 4,00 pun mengunggah transkripnya secara passive-aggressive dengan caption "Harusnya bisa lebih maksimal, huft". Di waktu yang sama, beberapa orang sedang gigit jari dan berusaha meyakinkan diri bahwa "IPK bukanlah segalanya".
Jujur saja, banyak yang ingin mengejar IPK tinggi bukan semata-mata pencapaian diri, tapi karena takut dimarahi orangtua. Tinggal di Indonesia, tak jarang mereka berpetuah, "Nanti kamu jadi PNS ya, Nak" atau "Pokoknya,harus bisa ngelamar di BUMN!". Dan IPK pun menjadi momok yang membuatmu harus patah hati saat hasilnya tak sesuai ekspektasi. Hihihi, padahal IPK memang bukanlah segalanya, selama 7 kualitas ini kamu punya.
1. Rendah Hati
Kerendahan hati adalah penolongmu di kemudian hari. Ini bisa dijadikan kunci untuk memaksimalkan potensi.
Sincerity makes the very least person to be of more value than the most talented hypocrite.
"Kerendahan hati adalah ibu dari semua sifat yang baik; kemurnian, amal baik dan ketaatan," begitulah kata Bunda Teresa. Tak harus mendadak jadi religius, kamu bisa mempraktikkan rendah hati dengan mulai menerima keterbatasan dan berusaha melakukan hal-hal baik untuk orang lain tanpa rasa haus akan penghargaan.
Menjadi rendah hati akan membuatmu mau mendengar, sehingga perspektifmu tidak sebatas "aku" saja. Perilakumu akan membuatmu dihargai dengan sendirinya sekalipun IPK-mu biasa-biasa saja. Jangan-jangan, peluang besar justru mengintaimu karena hal ini.
2. Kecakapan Komunikasi
Kecakapan komunikasimu tak perlu diragukan. Kamu terbiasa "dipaksa" menjadi MC dadakan dalam berbagai kesempatan.
Bicaralah, maka orang-orang akan mendengarkan. Mampu berkomunikasi dengan baik sudah wajib hukumnya. Nggak cuma dalam dunia sosial, tapi juga di perusahaan dan bisnis. Jangan heran saat melihat banyak orang bertitel cum laude terduduk di bangku karyawan low management. Itu bisa saja karena mereka tidak mampu memaparkan ide-idenya untuk dimengerti orang lain, sehingga belum mendapat kesempatan untuk me-manage orang lain.
Kecakapan komunikasi jugalah prestasi. Kamu menjadi pribadi yang lebih mengenal diri sendiri, bisa mengekspresikan diri, mampu menegaskan kebutuhan, dan tentunya dapat mempengaruhi orang lain. Pada akhirnya, malah jadi jago negoisasi. Apa artinya lagi IPK untuk ditangisi?
3. Aktif
Kamu aktif bersama komunitas atau organisasi. Kegiatan volunteering pun sudah menjadi makanan sehari-hari.
IPK yang biasa, tak menghalangimu mendapat pengalaman luar biasa. Selama bergabung dengan organisasi/komunitas, kamu terbiasa bekerja sama. Kamu mau-maunya menjadi relawan dengan mereka. Empatimu pun terus terasah. Jaringanmu kian luas karena banyaknya acara. Ada saja orang baru yang kamu temui dari segala profesi.
Kamu menjadi lebih open-minded. Pengalaman-pengalaman menyenangkan yang berharga telah kamu dapatkan. Ini adalah hal positif yang nggak punya tolok ukur angka layaknya IPK. Kecerdasan emosionalmu sungguh memainkan peran untuk yang satu ini.
4. Fokus
Kamu menemukan bakatmu dan fokus dengan itu. Alih-alih tak membanggakan IPK, kamu dan keahlianmu justru jadi juara.
Faza Meonk dan karyanya yang meng-Indonesia-kan Indonesia. Hobimu menulis curhatan, kamu kemas menjadi cerpen yang digemari para remaja. Kamu bisa menggambar dan punya dapat banyak orderan jasa desain grafis. Ketika ada kompetisi, kamu tak kenal lelah buat ikut unjuk gigi. Kalah adalah kondisi yang biasa, toh jauh lebih penting untuk bisa memenangkan pergulatan dalam diri.
Kekonsistenanmu bisa menghasilkan selama kamu fokus akan itu. Jangan suka mencla-mencle. Hanya karena fotografi sedang tren, kamu ikut-ikutan mengasah kemampuan fotografi. Tau-tau, pengin bisnis kuliner. Eh, besoknya, mau ikutan puitis kayak Aan Mansyur. Multi-talented itu sah-sah saja, asal salah satu dari kemampuanmu sudah bisa diandalkan.
5. Kreativitas
Bukannya kamu malas berada di rumah, tapi kamu merasa ide-ide ada di luar sana. Kamu adalah pribadi kreatif yang nyaman saat berbincang di kafe sekadar mengulas film terbaru.
Brainstorming ideas dimulai dari sharing ditemani secangkir kopi. Kamu berpikir tanpa aturan, tak ada yang bisa mengekangmu terkait kebebasan. Kamu adalah orang yang playful dan punya energi tinggi. Seakan-akan, pekerjaan tak habis-habis, kamu bertanya, "Mau bikin apa lagi ya?"
Namun, di sela-sela kesibukan yang dibuat sendiri, kamu tetap meluangkan waktu untuk menikmati hidup. Entah itu mendengarkan musik hingga tertidur atau pergi ke pantai di akhir pekan. Tidak ada yang boleh mengganggu me time-mu. Pemikiranmu yang out-of-box atau malah think-no-box, membuatmu dinamis dan peka terhadap sesuatu yang baru. Kamu menjadi cerdas tanpa nilai pada secarik kertas.
6. Karakter Pemimpin
Karakter seorang pemimpin ada dalam dirimu. Setidaknya, itu berguna untuk memimpin dirimu sendiri.
Mampu membawa diri dan menghadapi segala situasi. Memupuk jiwa kepemimpinan tidak kalah penting. Kamu bisa menyelesaikan konflik-konflik dalam hidupmu dengan baik, bukan menghindarinya. Kamu terbiasa beradaptasi menghadapi perubahan yang cepat, tanpa perlu terombang-ambing karenanya.
Kamu dapat menyadari kelemahan dan kelebihanmu, sehingga tau apa-apa yang semestinya ditonjolkan. Kamu bersikap fleksibel terhadap segala kesempatan yang terbuka. Adakah yang lebih baik daripada mereka yang bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri? Perusahaan tak akan ragu-ragu jika "membaca" kualitasmu satu ini ketika wawancara. Karena mereka bukan cuma memikirkan hard skill-mu saja, tapi juga apakah kamu akan bertahan sewaktu bekerja.
7. Ambisi
Kamu selalu menempatkan determinasi pada tiap ambisi. Kesungguh-sungguhanmu patut diapresiasi.
Sukses nggak tergantung sama IPK, tapi sama effort kamu. Wajar saja kalau ada mahasiswa yang IPK-nya anjlok bak kereta api maut kalau alasannya malas kuliah. Beda ceritanya jika dia berusaha, tapi takdir di tangan dosen berkata beda. Kamu punya pilihanmu sendiri. Mau IPK rata-rata ataupun sempurna, selama bersungguh-sungguh mencapainya, tidak akan ada yang sia-sia.
Indonesia punya banyak orang pintar kok, tapi tidak sampai setengahnya yang memiliki komitmen. Kerja kerasmu pada apa yang diingini bisa menjadi parameter darimu yang dilirik saat proses rekrutmen nanti.
Semua orang adalah jenius. Tetapi jika kamu menilai ikan dengan kemampuannya untuk memanjat pohon, ia akan menjalani seluruh hidupnya dengan meyakini bahwa dirinya bodoh. - Albert Einstein
Tidak bisa dipungkiri memang, IPK masih menjadi patokan yang penting. Namun, masa depanmu tak bergantung pada itu. Jangan patah hati lama-lama hanya karena IPK-mu biasa saja. Sungguh, kamu masih punya kesempatan menjadi manusia yang luar biasa. Tanyakan lagi pada diri, Memangnya kuliah hanya untuk mendapat IPK saja? Ingatlah, IPK tidak bisa dijadikan mas kawin apalagi untuk membesarkan anakmu kelak. Tidak cuma berkaca pada Mark Zuckerberg yang sukses dengan memilih tak menyelesaikan kuliah, tapi juga pada Maria Ozawa dan Sora Aoi. Apa mereka sukses karena IPK-nya?
Baca juga : 10 Cara Menjadi Orang Sukses dari Nol