Drifting 101: Mulai dari Definisi hingga Teknik untuk Melakukannya
Salah satu cabang olahraga otomotif yang cukup digandrungi adalah drifting. Olahraga ini mengharuskan tiap pesertanya untuk melajukan mobilnya dalam posisi miring. Kompetisi drifting sendiri lazim diselenggarakan di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Pada artikel kali ini, akan kami jelaskan serba-serbi informasi soal drifting. Mulai dari definisi hingga teknik untuk melakukannya. Serba-serbi informasi itu bisa Sahabat simak sebagai berikut!
Definisi Drifting
Drifting atau mengepot merupakan teknik menyetir di mana pengendara mesti memiringkan posisi mobilnya. Tak cuma itu, pengemudi pun harus melajukan mobilnya selama mungkin saat mobil sudah miring posisinya.
Pada mulanya, drifting hanyalah menjadi teknik menyetir semata. Namun, seiring waktu berlalu, drifting pun menjadi salah satu cabang olahraga yang diperlombakan. Bahkan, Federation Internationale de l’Automobile telah mengakui drifting sebagai cabang olahraga otomotif profesional.
Tak semua mobil bisa dipakai untuk drifting. Mobil dengan penggerak roda belakang, serta mobil mobil ber-upgrade optimumlah yang bisa dipakai untuk olahraga satu ini.
Sejarah Drifting dari Masa ke Masa
Dari namanya, mungkin Sahabat mengira kalau drifting berasal dari Inggris atau Amerika. Namun, olahraga satu ini justru berasal dari Jepang. Drifting sendiri mulai hadir di Jepang pada era 1960-an.
Saat itu, komunitas motor sport bernama Rolling Zoku tengah mempraktikkan teknik opposite lock di jalanan berkelok dan licin. Opposite lock sendiri merupakan teknik yang lazim dilakukan dalam balapan rally.
Pada 1970, Kunimitsu Takahashi berhasil melakukan eksperimen yang menjadi cikal bakal drifting. Saat itu, pria yang pebalap F1 legendaris tersebut berhasil memajukan mobilnya dengan bagian depan yang miring.
Bagian depan mobilnya sendiri dia miringkan dengan cara mengikuti titik pinggir yang ada dalam suatu lintasan. Eksperimen itu pun lantas membuat beberapa tertarik untuk mencoba dan mengembangkannya. Salah satu di antaranya adalah Keiichi Tsuchiya.
Keiichi terus mengembangkan eksperimen tersebut dengan melakukannya di jalan-jalan pegunungan. Apa yang dilakukannya itu pun akhirnya menjadi teknik drifting yang kita kenal sekarang. Atas apa yang telah dilakukannya itu, Keiichi dijuluki sebagai Drift King oleh masyarakat Jepang.
Pada 2001, Keiichi yang bekerja sama dengan Daijiro Inada membuat sebuah kompetisi drifting profesional untuk pertama kali. Pada kompetisi bernama D1 Grand Prix itu, para peserta harus membuat mobilnya mesti melaju kencang dengan posisi mobil yang agak miring.
Seiring waktu, kompetisi itu pun kian populer dan lazim dihelat oleh pecinta drifting seluruh dunia. Indonesia tentu adalah salah satunya.
Di awal kemunculannya, drifting sempat tidak diakui oleh Federation Internationale de l’Automobile. Namun, sekarang drifting telah diresmikan oleh federasi tersebut, dengan aturan yang telah disesuaikan oleh pihak federasi.
Hambatan Drifting di Indonesia
Belum diketahui pasti kapan drifting mulai masuk dan populer di Indonesia. Namun, saat ini sudah banyak orang yang melakukan olahraga otomotif satu ini. Sayangnya, drifting di Indonesia punya sejumlah hambatan. Sulitnya tempat latihan, serta kompetisi yang masih sedikit adalah dua di antaranya.
Saat ini, belum ada tempat latihan yang nyaman bagi para drifter (sebutan untuk pelaku drifting) di Indonesia. Kalaupun harus berlatih, mereka mesti berlatih dengan dua cara.
Pertama, berlatih di jalan raya yang luas pada waktu malam hari. Itu pun dengan catatan tidak adanya pengawasan dari aparat di jalan raya tersebut. Dan yang kedua, berlatih di lapangan Kemayoran dengan risiko biaya sewa yang tinggi.
Sebetulnya, ada satu area latihan yang cocok dipakai para drifter. Area tersebut berada di BSD Tangerang. Namun sayang, area tersebut dirasa kurang proper karena lokasinya yang dekat dengan perumahan warga. Bila berlatih di sana, dikhawatirkan akan mengganggu kenyamanan warga sekitar.
Peminat drifting di Indonesia sebetulnya banyak dan selalu bertambah tiap tahunnya. Namun sayang, hal itu tak sebanding dengan jumlah kompetisi yang ada. Kompetisi drifting di Indonesia sendiri kini masih tergolong sedikit.
Adapun salah satu faktor penyebabnya adalah pihak penyelenggara dan investor. Saat ini, masih sedikit penyelenggara dan investor yang berani membuat kompetisi drifting yang proper dan berjenjang. Dari tingkat pemula hingga profesional.
Teknik Melakukan Drifting
Umumnya, teknik drifting yang lazim dipakai adalah dengan membiarkan ban belakang mengalami slip. Sebisa mungkin, slip pada ban belakang bisa menghasilkan alur yang lebih besar ketimbang ban depan.
Pastikan mobil dikemudikan dalam kecepatan tinggi saat melakukan teknik tersebut. Apabila berhasil, pengemudi bisa membelokkan setir tanpa harus mengurangi kecepatan mobil.
Pastikan belokkan setirnya tepat, serta kecepatan mobilnya stabil. Jika tidak, pengemudi bisa kehilangan kendali atas mobilnya sendiri.
Seiring waktu, teknik pada drifting pun mengalami perkembangan. Hal itu menyebabkan teknik pada drifting memiliki banyak varian. Varian-varian tersebut adalah:
Shift Lock
Varian teknik ini mengharuskan pengemudi menurunkan posisi gigi mobil menjadi lebih rendah. Hal itu dimaksudkan agar ban mobil terkunci dan traksi pada mobil pun hilang.
Braking Drift
Teknik satu ini cocok dilakukan saat mobil menemui tikungan. Adapun cara melakukannya adalah dengan menginjak pedal rem mobil. Dengan menginjak pedal rem, bobot mobil pun akan otomatis pindah ke bagian depan. Sehingga, ban belakang yang menopang mobil pun bisa hilang traksinya.
Dynamic Drift
Seperti teknik sebelumnya, teknik satu ini juga bisa membuat beban pada ban belakang pindah ke bagian depan mobil. Hanya saja, teknik ini tidak dilakukan dengan cara menginjak pedal rem. Melainkan, dengan menaikkan pedal gas mobil saat mobil dalam kecepatan tinggi.
Power Slide
Kalau yang satu ini mesti dilakukan dengan memakai mobil dengan tenaga besar. Adapun cara melakukan teknik ini adalah dengan menginjak pedal gas sampai full. Kemudian, pengemudi harus mengendalikan arah lajunya dengan setir mobil.
Hand Brake Drift
Sesuai namanya, teknik drifting satu ini sangat mengandalkan hand brake pada mobil. Pada teknik ini, hand brake mesti ditarik bersama dengan kopling yang telah diinjak pengemudi.
Hal tersebut dilakukan guna menghilangkan traksi pada mobil. Jika traksi mobilnya hilang, pengemudi mesti melepaskan kopling, lalu ganti dengan menginjak pedal gas. Saat pedal gas diinjak, pengemudi juga mesti melakukan countersteering.
Clutch Kick
Sahabat harus agak hati-hati, jika memutuskan untuk memakai teknik ini. Sebab, jika sampai salah melakukannya, Sahabat bisa mengalami kecelakaan saat hendak melakukannya.
Adapun teknik ini sendiri dilakukan dengan cara menendang bagian kopling, hingga transmisi mobil pun mengalami guncangan. Bila guncangan terjadi, mobil pun bisa mengalami sliding. Pastikan guncangan yang terjadi tidaklah terlalu besar, agar mobil tidak hilang kendali.
Scandinavian Flick
Varian teknik drifting yang terakhir adalah Scandinavian Flick. Untuk melakukan teknik ini, Sahabat mesti memutar setir ke arah luar dari tikungan. Habis itu, putar lagi setir secara tiba-tiba hingga bagian belakang mobil mengalami pergeseran.
Itulah serba-serbi informasi soal drifting. Mulai dari definisi hingga teknik-tekniknya. Semoga bisa menjadi referensi untuk Sahabat. Terlepas apakah Sahabat adalah pecinta otomotif sejati, atau justru seorang pengemudi yang tertarik menjajal drifting.
Penulis : Anggie Warsito