Gunung Bromo termasuk salah satu kawasan wisata dan konservasi di Jawa Timur yang masuk kawasan BTS (Bromo – Tengger – Semeru) dengan daya tarik wisata bentang alam yang menarik untuk dikunjungi. Sejarah rakyat serta upacara adat yang rutin digelar setiap tahun juga menjadi magnet tersendiri. Apalagi lautan pasir yang membentang, menghadirkan atmosfer serasa berkelana di padang pasir Timur Tengah.

Sejarah Pasir Berbisik

Sejarah pasir berbisik Gunung Bromo tidak bisa lepas dari cerita rakyat Tengger “Joko Seger dan Rara Anteng”. Joko Seger dan Rara Anteng yang menikah, lalu membangun pemukiman dan memerintah di kawasan Tengger (yang diambil dari nama belakang keduanya). Pasangan tersebut lama tidak dikaruniai keturunan, sehingga mereka bersemedi ke puncak Bromo. Di tengah semedi, ada suara gaib yang mengatakan bahwa mereka akan dikaruniai keturunan dengan syarat anak bungsunya harus dikorbankan ke kawah Bromo.

Syarat tersebut disanggupi dan mereka memiliki 25 anak. Sayangnya anak bungsu mereka lenyap terjilat api dan masuk kawah. Anak bungsu tersebut berpesan bahwa masyarakat Tengger harus hidup damai dan tentram dengan menyembah Hyang Widhi. Maka setiap bulan Kasada pada hari ke-14, mereka mengadakan sesaji berupa hasil bumi dan diserahkan kepada Hyang Widhi di kawasan poten lautan pasir dan kawah Bromo.

Sedangkan sejarah nama pasir berbisik untuk menyebut lautan pasir di kawasan Gunung Bromo, tidak lepas dari sebuah film yang disutradarai oleh Nan Achnas pada tahun 2001 dengan judul “Pasir Berbisik”. Film tersebut bercerita tentang kisah hidup seorang wanita muda bernama Daya (diperankan oleh Dian Sastrowardoyo) yang tinggal bersama ibunya yang bernama Berlian (diperankan oleh Christine Hakim).

Karena ditinggal pergi suaminya, si Ibu menjadi sangat protektif dengan anaknya. Hal tersebut menjadikan si anak sering menelungkupkan tubuhnya ke pasir demi mendengar suara pasir berbisik. Film ini mengambil latar tempat di kawasan lautan pasir Bromo. Selain itu, kawasan tersebut sering dilanda angin kencang yang meniupkan butiran pasir ke atas, sehingga membuat desiran suara seperti orang yang sedang berbisik. Hal tersebut melatarbelakangi kawasan lautan pasir disebut dengan nama “Pasir Berbisik”.

Keindahan Pasir Berbisik Bromo

Kawasan pasir berbisik atau lautan pasir yang lokasinya dekat kawah Bromo ini, termasuk area yang cukup luas dengan hamparan pasir yang menyerupai pemandangan padang pasir. Sahabat bisa berfoto di area ini, atau memilih kegiatan lain, seperti menunggang kuda atau mengendarai motor trail. Kawasan ini juga bisa Sahabat gunakan untuk mengabadikan momen spesial Sahabat bersama orang tercinta dengan melakukan foto prewedding.

Sebagaimana kebanyakan daerah gurun pasir, kawasan pasir berbisik ini juga menjadi kawasan yang sangat terik ketika siang hari. Sehingga jangan lupa untuk mengoleskan tabir surya ke kulit sehingga tidak terbakar atau iritasi. Supaya Sahabat puas menikmati kawasan pasir berbisik, sebaiknya Sahabat tuju pada pagi hari setelah menikmati matahari terbit di puncak Bromo. 

Anda tak perlu khawatir jika merasa haus atau lapar ketika sedang berada di kawasan pasir berbisik. Sahabat bisa membeli makanan atau minuman yang dijajakan oleh para pedagang lokal di kawasan tersebut. Tenang saja, makanan dan minuman yang dijual dalam keadaan tertutup kok.

Wisata Gunung Bromo memang menyuguhkan beragam keindahan yang bisa Sahabat nikmati ketika mengunjunginya. Selain bentangan alamnya, Bromo juga menyimpan nilai sejarah dan budaya yang patut dilestarikan. Selain kawasan lautan pasir berbisik, masih banyak tempat menarik yang patut Sahabat kunjungi ketika ke Bromo.