Begini Cara Kerja Sistem Kelistrikan Mobil Diesel
Bicara soal mobil diesel, tentu memiliki sistem kelistrikan yang berbeda dengan mobil bensin. Sistem kelistrikan mobil diesel merupakan rangkaian energi listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan berbagai fungsi pada mobil dengan mesin diesel.
Jika disegmentasikan, mobil diesel terdiri dari dua tipe yaitu konvensional dan common rail. Apa sih perbedaan dan bagaimana cara kerjanya? Agar lebih jelas simak ulasan berikut tentang kelistrikan yang ada pada mobil diesel.
Sistem Kelistrikan konvensional
Kelistrikan mobil diesel konvensional terdiri dari tiga sistem yaitu sistem pengapian, sistem starter dan sistem pengisian. Secara keseluruhan, ketiga sistem ini membutuhkan energi listrik untuk membuat mesin mobil hidup.
1. Sistem pengapian
Sistem pengapian pada mobil diesel merupakan rangkaian kelistrikan yang menggunakan prinsip energi listrik menjadi api. Sistem ini digunakan untuk pemantik gas dalam ruang bakar agar terjadi pembakaran.
Prinsip kerjanya adalah dengan melontarkan sejumlah elektron melewati celah udara. Loncatan dengan volume besar tersebut akan membentuk percikan api.
2. Sistem starter
Sistem starter adalah mekanisme yang memicu terjadinya pembakaran mesin untuk yang pertama kali dengan memberi putaran pada poros engkol. Sistem ini mengubah energi listrik menjadi energi gerak melalui rangkaian proses elektromagnetik.
Dengan kata lain, ketika tombol start ditekan, maka energi listrik akan menggerakkan flywheel dan membuat mesin hidup.
3. Sistem pengisian
Sistem ini menggunakan daya dari baterai atau aki untuk memastikan siklus kelistrikan pada mobil. Sistem ini mengandalkan energi listrik yang ada pada aki dan melakukan pengisian atau charging sebagai cadangan energi jika mesin mobil berjalan. Sistem ini menggunakan prinsip energi gerak menjadi energi listrik dengan gaya elektromagnetik.
Kelistrikan common rail
Common rail adalah sistem kelistrikan pada mesin diesel yang memiliki kemiripan pola dengan EFI (Electronic Fuel Injection) pada mobil bensin. Yang membuatnya beda hanya komponen hardware dan bahan bakarnya.
Artinya, sistem ini menggunakan mekanisme kelistrikan untuk menyuplai solar dari tangki ke dalam ruang bakar dengan takaran ideal. Prinsip kerja common rail sebenarnya sama dengan diesel konvensional. Letak perbedaannya ada pada pola tekanan solar.
Pada mesin diesel konvensional, tekanan solar akan dinaikkan hanya saat timing pengapian tercapai. Tekanan solar pada mesin diesel pun berlangsung dengan interval tertentu.
Sementara itu pada mesin diesel common rail tekanan sola akan dinaikkan secara konstan selama mesin hidup. Sehingga tekanannya akan selalu tinggi dan yang mengontrol timing adalah pembukaan injektor dari solenoid. Kemudian terjadi pembakaran di dalam ruang bakar secara berkelanjutan.
Skema kelistrikan dari sistem common rail terbagi atas tiga komponen yang punya peranan masing-masing. Seperti komponen sensor yang berfungsi sebagai pendeteksi volume solar yang dibutuhkan, mengatur suhu udara, suhu mesin, RPM mesin hingga Top mesin.
Kemudian ada ECU (Electronic Control Unit) yang berperan sebagai pengontrol, komponen ini yang melakukan perhitungan dari semua data yang dikirim sensor. Data tersebut akan ditransfer ke injektor yang berperan sebagai eksekutor dari perintah ECU.
Injektor ini memiliki solenoid yang akan terbuka jika ada arus listrik. Saat solenoid terbuka, maka solar bisa masuk ke ruang bakar.
Dari penjelasan di atas, sebenarnya ada dua perbedaan yang mencolok, yaitu soal konsumsi bahan bakar. Untuk mobil diesel konvensional, proses pengiriman bahan bakar ke ruang bakar bisa dibilang masih mekanikal.
Kontrol bahan bakar pada mesin diesel mengandalkan gerakan kabel besi penghubung dari pedal gas. Sehingga semakin pedal gas diinjak, semakin banyak pula bahan bakar yang dikonsumsi.
Sedangkan pada sistem common rail, semuanya sudah terkoneksi dengan sistem ECU untuk menentukan besaran bahan bakar yang dibutuhkan. Artinya mobil diesel common rail bisa dibilang lebih irit, tapi karena sistemnya menggunakan komputer, tentu biaya yang dikeluarkan perawatan bahkan kerusakan akan lebih besar.
Penulis: Dinno Baskoro