Dampak Jembatan Suramadu Terhadap Ekonomi Kreatif di Madura
Terasa aneh ketika Madura lebih terkenal dengan sebutan pulau ketika kabupaten yang masih termasuk dalam wilayah pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Letaknya yang berdekatan dengan Surabaya juga tidak serta merta membuat Madura menjadi “lebih dekat” dengan kota metropolitan tersebut. Madura terkesan sendiri dan berbeda dari daerah-daerah di Provinsi Jawa Timur lainnya karena dipisahkan oleh Selat Madura.
Letak Madura yang terpisah tersebut ternyata juga berdampak pada kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga mengakui hal tersebut, bahwa Madura pendapatan per kapitanya masih tergolong rendah dibanding wilayah lainnya.
Jembatan Suramadu dan Harapan Ekonomi Baru
Menjawab kerisauan tersebut, ide pembangunan Jembatan Suramadu seakan menjadi kata kunci untuk “merangkul” Pulau Madura. Berkat terbangunnya jembatan tersebut, kini Madura memiliki koneksi. Laju lalu lintas menjadi lancar, pertumbuhan urbanisasi masyarakat di Surabaya juga diharapkan turun sehingga kesejahteraan rakyat bisa terseimbangkan, dan pendistribusian logistik ke Madura juga tidak lagi tersendat karena waktu tempuh dari Surabaya ke Madura kini hanya sepuluh menit dari yang sebelumnya setengah jam.
Sebagai jembatan termewah dengan biaya pembangunan lebih dari lima triliun rupiah, Jembatan Suramadu tentu saja memiliki daya tarik sendiri oleh masyarakat lokal. Terlebih, Jembatan Suramadu memiliki panjang 5.348 meter dan tercatat sebagai jembatan terpanjang di Indonesia oleh Museum Rekor Indonesia (MURI).
Dibangun dalam kurun waktu tujuh tahun lebih, membuat Jembatan Suramadu terlihat gemilang. Sejak diresmikan pertama kali bulan Juni 2009 lalu, banyak masyarakat yang menjadikan jembatan sebagai spot untuk berswafoto. Berkat foto-foto yang menyebar di media sosial tersebut, banyak masyarakat di luar kota menjadi penasaran lalu berkunjung. Dari kegiatan ini, Jembatan Suramadu sudah bak tempat wisata yang dikunjungi para wisatawan.
Baca juga: 5 fakta jembatan Suramadu
Delapan tahun setelah peresmian, pemerintah menjadikan area dekat Jembatan Suramadu sebagai tempat diadakan festival. Ialah Festival Suramadu diadakan secara perdana pada 21 Mei 2017. Festival yang digagas oleh pemuda-pemuda Madura sebagai upaya pengenalan budaya Madura kepada masyarakat luas, sekaligus meningkatkan perekonomian Madura.
Festival Madura Bersatu dalam Seni dan Budaya
Festival bertajuk “Madura Bersatu dalam Seni dan Budaya” tersebut dicanangkan akan menjadi festival tahunan. Salah satu dari banyaknya kegiatan di Festival Suramadu adalah olahraga, yaitu lomba lari maraton sepanjang sepuluh kilometer dan diberi nama Fun Run.
Terkenal sebagai wilayah dengan tingkat penduduk muslim yang tinggi, dalam festival tersebut juga mengadakan pertunjukkan musik yang didukung oleh beberapa pesantren di Madura. Musik yang dipertunjukkan adalah hadroh dan nasyid.
Yang paling unik dari Festival Suramadu adalah pengadaan display pemenang karapan sapi. Karapan sapi memang salah satu budaya yang terkenal di Madura. Tidak hanya karapan sapi, pertunjukan seperti pertunjukan musik Ghul Ghul, tarian Topeng Gethak, bazaar batik Madura, hingga kuliner khas Madura juga tidak absen dari festival.
Bagi wisatawan yang berasal dari luar kota, tentu saja Festival Suramadu merupakan festival yang begitu kaya karena mereka dimanjakan oleh budaya, seni, dan kuliner yang sebelumnya mereka tidak bisa jumpai secara langsung.
Tidak hanya Festival Suramadu yang digelar secara tahunan, tercatat pada Mei 2018, diselenggarakan festival lain yang membuat Jembatan Suramadu harus ditutup untuk laju lalu lintas selama tujuh jam. Festival tersebut bertajuk “Milenial Road Safety Festival”. Acara tersebut bertujuan untuk mengkampanyekan bagaimana berkendara dengan aman.
Wah, seru sekali kan, Sahabat? Jembatan Suramadu terbukti bisa meningkatkan pertumbuhan perekonomian kreatif wilayah Madura sehingga tidak lagi tertinggal dari wilayah lain di Provinsi Jawa Timur. Yuk, saat sudah aman dari pandemi kita ke sana!
Penulis: Nisa Maulan Shofa
