Candi Borobudur : Sejarah dan Hal Terkait Tentangnya
Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia yang dimiliki oleh Indonesia. Candi Borobudur terletak di Magelang yang jika ditempuh dari Yogyakarta akan memakan waktu sekitar satu setengah jam dengan kendaraan roda empat. Dibangun dengan gaya Mandala, Candi Borobudur mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha.
Keberadaan Candi Borobudur menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun asing. Terlebih, bangunannya yang megah dan gagah membuat wisatawan takjub sehingga tak heran UNESCO telah mencatat Candi Borobudur sebagai situs warisan dunia yang wajib dilindungi.
Akan tetapi, Candi Borobudur masih memiliki banyak sisi misteriusnya tersendiri. Tidak banyak data yang menerangkan tentang arti nama hingga tujuan dibangunnya candi tersebut. Memang, Candi Borobudur dibangun untuk tujuan peribadatan kaum Buddha. Namun, ada pula arkeolog yang menyebut bahwa bisa jadi Candi Borobudur dibangun atas dasar politik. Terlebih ketika tahu bahwa yang membangun candi adalah keluarga kerajaan pada zaman itu sehingga disebutkan dibangunnya candi adalah sebagai pengukuhan teritori kekuasaan raja.
Sejarah Candi Borobudur
Sebuah prasasti yang ditemukan di Temanggung berisi fakta tentang Candi Borobudur. Prasasti tersebut bernama Prasasti Karangtengah atau Kayumwungan. Ditulis pada abad ke-9 menggunakan aksara Jawa Kuno dalam bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta.
Isi Prasasti Karangtengah tidak eksplisit menyebutkan kata Candi Borobudur, melainkan dengan istilah jinalaya yang dalam bahasa Sansekerta berarti Kuil Jain. Kuil tersebut diresmikan oleh seorang putri bernama Pramodhawardhani, seorang putri dari Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra.
Beratus tahun kemudian, situs Candi Borobudur ditemukan kembali setelah sekian lama terlupakan. Sosok yang menemukan tersebut adalah Sir Thomas Stamford Raffles, seorang Gubernur Jenderal Inggris yang bertugas di Indonesia pada abad awal abad ke-19.
Candi Borobudur tentu saja merupakan tempat suci karena dibangun dengan maksud untuk kembali kepada kuasa Sang Pencipta. Tidak ada lagi keserakahan dunia, melainkan pasrah kepada Semesta sebagaimana yang dituntunkan oleh Buddha.
Baca juga: Wangsa Syailendra dan Wangsa Isyana
Lebih Mengenal Borobudur
Sebab kesucian bangunan dan maksud dibangunnya Candi Borobudur tersebut, setiap wisatawan yang berkunjung harus paham bagaimana adat ketika ke Candi Borobudur. Jadi, ketika berkeliling di wilayah candi, biasanya ada seorang pemandu tur yang akan mengarahkan wisatawan harus ke bagian mana dan tidak boleh berlaku seperti apa, bukan?
Memiliki wilayah yang luas, yaitu sekitar 123 x 123 meter kuadrat dengan jumlah 504 patung Buddha dan 73 stupa termasuk 1 stupa induk. Wilayah seluas itu, pengunjung tentu bingung harus masuk dari mana saja. Pihak Candi Borobudur memiliki aturannya.
Para peziarah dan wisatawan harus masuk melalui sisi timur candi. Di dasar kuil sebelah timurlah ritual bermula. Mereka kemudian harus memutari bangunan suci searah jarum jam dan tetap melangkah naik ke tingkat-tingkat bangunan candi. Tingkatan tersebut memiliki makna sesuai dengan tujuan Candi Borobudur dibangun.
Tingkat pertama adalah Kamadhatu, yaitu tingkat terbawah dari makhluk hidup, hawa nafsu. Di tingkat tersebut manusia sebagai makhluk yang diberi nyawa masih memiliki banyak dosa karena bernafsu tinggi akan penganggapan diri atas kepemilikan dunia. Tingkat kedua adalah Rupadhatu, yaitu alamat bentuk; dan tingkat ketiga adalah Arupadhatu, alam tak berbentuk. Hingga tingkat ketiga, para wisatawan dan peziarah diharapkan paham akan betapa kecil dirinya di alas semesta sehingga nafsu tidak akan berarti dan harus digantikan dengan kebaikan tanpa pamrih.
Sebuah perjalanan panjang karena peziarah harus menempuh perjalanan dengan melewati lebih dari 1400 panel relief. Terdapat empat relief utama, yaitu Karmawibhangga, Lalitawistara, Jataka, dan Gandawyuha. Empat relief utama tersebut memiliki kisah sesuai ajaran Buddha dan bagaimana masyarakat Jawa saat itu hidup.
Raffless, Mpu Prapanca, dan Borobudur
Borobudur dengan luasnya, tidak membuat wisatawan lelah untuk mempelajari. Terlebih setiap bangunan begitu autentik dan menjadi saksi bisu betapa kehidupan zaman kerajaan di Indonesia memiliki pengetahuan yang sangat menakjubkan.
Candi Borobudur langgeng dikenal oleh masyarakat dunia sejak ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles. Terlebih pemerintah kala itu langsung bergegas merawat dan melakukan restorasi sejak tahun 1975 selama tujuh tahun lamanya, Candi Borobudur menjadi bangunan kokoh hingga sekarang.
Tidak jelas bagaimana nama Borobudur terbentuk untuk pertama kali. Satu hal yang pasti, sosok yang pertama kali menyebut nama tersebut adalah Raffles dalam bukunya yang berbahasa Inggris, berjudul History of Java. Mungkin, Raffles merujuk nama tersebut dari salah satu desa yang paling dekat dengan Borobudur, yaitu Desa Bore.
Akan tetapi, para arkeolog curiga bahwa mungkin saja Raffles menggunakan nama Borobudur juga terpacu dari istilah yang dicetuskan oleh Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama yang ditulis tahun 1365. Tidak ada yang tahu persis siapa yang pertama kali mencetuskan nama Borobudur dan apa arti dari nama tersebut sebab banyak versi dari banyak arkeolog.
Baca juga: Fakta tentang Rakai Pikatan
Berkunjung ke Borobudur
Yang asik dari berkunjung ke Borobudur adalah, wisatawan bisa mengeksplorasi di dalam maupun luar wilayah Candi Borobudur. Sebab, Borobudur yang berlokasi di Magelang tersebut dekat dengan banyak situs-situs candi lainnya. Salah satunya adalah Candi Mendut.
Konon, Sahabat, Candi Mendut juga disebut dalam Prasasti Karangtengah. Ialah istilah Wenuwana yang digunakan dalam prasasti tersebut. Lokasi Candi Mendut dan Candi Borobudur memang berdekatan, yaitu hanya berselisih tiga kilometer saja dan masih dalam Kabupaten Magelang.
Di antara Mendut dan Borobudur, terdapat satu candi bernama Candi Pawon. Konon, candi tersebut digunakan oleh pemerintahan era Raja Indra sebagai tempat penyimpanan senjata perangnya loh, Sahabat.
Tidak hanya kaya akan bangunan bercandi, di sekitar Candi Borobudur juga terdapat tiga museum yang bisa Sahabat kunjungi selama berada di wilayah Borobudur. Tiga museum tersebut adalah Museum MURI, Museum Samudraraksa, dan Museum Borobudur.
Di dalam Museum Borobudur, terdapat segala hal yang berkaitan dengan sejarah Candi Borobudur. Di sana bahkan ada Patung Buddha raksasa yang terlihat belum selesai dibangun. Patung tersebut konon seharusnya diletakkan di tengah stupa tersebut yang terletak di puncak Borobudur.
Museum Samudraraksa berisi peninggalan-peninggalan dari Kapal Samudraraksa. Banyak bagian kapal yang sudah berlayar menyeberangi Afrika-Indonesia tersebut dipamerkan di dalam museum. Museum MURI unik lagi karena di dalamnya banyak terdapat hal-hal menarik terkait dengan benda, situs wisata, dan fakta menarik yang diabadikan dalam museum rekor Indonesia.
Nah, jika pandemi sudah hilang, coba sempatkan berkunjung ke Borobudur bagi Sahabat yang belum pernah ke sana dan bagi yang sudah, coba mampir lagi. Pelajari lebih seksama bagaimana setiap bangunan di wilayah Candi Borobudur tersebut dibangun. Jika tidak malas, coba kesana pagi. Candi biasanya akan dibuka pukul enam pagi dan wisatawan bisa bertemu dengan momen matahari yang baru terbit sehingga mendapatkan pemandangan yang lebih indah loh.
Jangan lupa pula untuk mencicipi makanan-makanan khas di sekitar wilayah Candi Borobudur dan beli oleh-oleh untuk mengenang perjalanan ya!
Penulis: Nisa Maulan Shofa