Mengingat Kembali Sejarah Kesultanan Bima serta Peninggalannya
Kesultanan Bima adalah salah satu kerajaan islam yang saat itu didirikan pada tanggal 6 Februari 1621. Raja Kesultanan Bima yang pertama merupakan raja ke 27 Kerajaan Bima yang bernama Lai Kai. Dalam sejarah Kesultanan Bima, sistem pemerintahannya sempat dipimpin oleh 14 sultan. Terkait asal usul hingga peninggalannya dapat anda simak sebagai berikut.
Asal Mula Berdirinya Kesultanan Bima
Kesultanan Bima terbentuk saat Raja Bima ke 27 yaitu Lai Kai mengubah pemerintahannya menjadi bentuk Kesultanan. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1621 dan berakhir masa pemerintahannya pada tahun 1958.
Pada awalnya Kerajaan Bima bercorak Hindu yang didirikan pada abad ke 11. Pada saat itu Kerajaan Bima disebut juga sebagai Kerajaan Mbojo.
Kerajaan ini dibentuk oleh Sang Bima. Sesaat setelah dibentuknya kerajaan, Sang Bima pergi ke Kerajaan Medang sehingga ia meminta anaknya yang bernama Indra Zamrud untuk memimpin Kerajaan Bima dan Indra Kumala menjadi pemimpin di Dompu.
Awal Kerajaan Bima berubah menjadi bentuk kesultanan karena ada pengaruh dari para pedagang Kesultanan Demak.
Para pedagang yang singgah menyiarkan agama Islam sehingga sejarah Kesultanan Bima dimulai. Tokoh penyebar islam di tanah Bima adalah Sultan Alaudin yang datang pada tahun 1619.
Beliau mengutus para pemuka agama ke wilayah Kesultanan Lawu, Tallo, dan Bone. Lai Kai yang merupakan Raja Bima memeluk islam pada tahun 1030 hijriyah.
Baca Juga: Mengupas Sejarah Kerajaan Siak, Kerajaan Bercorak Melayu Islam
Lokasi Kesultanan Bima
Kesultanan Bima berpusat di Pulau Bima dan wilayah kekuasaannya meliputi bagian timur Sumbawa, Manggarai, dan beberapa pulau kecil di Selat Alas. Wilayah pemerintahannya berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Samudera Hindia. Lokasinya cukup strategis sebagai jalur perdagangan.
Pada tahun 1938, wilayah Kesultanan Bima sempat mengalami penyempitan akibat adanya perjanjian yang telah dibuat dengan Gubernur Hindia Belanda.
Wilayah kekuasaan Kesultanan Bima bagian timur hanya sampai Manggarai dan sebelah barat adalah Dompu. Namun pada tahun 1928, Kesultanan Bima memperoleh kekuasaan Kerajaan Sanggar.
Raja dan Masa Kejayaan Kesultanan Bima
Awal mula terbentuknya Kesultanan Bima adalah saat La Kai memeluk islam sehingga dirinya dinobatkan sebagai sultan pertama. Sejarah Kesultanan Bima sebenarnya sama seperti kesultanan yang lain karena Kesultanan Bima juga melalui banyak pergantian raja.
Sultan Ismail menjadi salah satu sultan yang menjabat pada tahun 1819 hingga 1854. Sultan Bima yang terkenal selanjutnya adalah Sultan Abdul Kadim. Beliau menjadi sultan ke 8 Bima.
Dirinya berkuasa sejak 1765 dan memberlakukan berbagai aturan politik dan kerjasama dengan VOC. Sultan selanjutnya yang sempat memerintah adalah Sultan Abdul Hamdi. Beliau memimpin Kesultanan Bima mulai tahun 1773 M.
Saat masa pemerintahan Sultan Hamid, seluruh kapal kapal yang berlayar di sekirat Bima memperoleh izin dengan mudah. Sayangnya saat itu perdagangan Kesultanan Bima berada di bawah monopoli VOC.
Sultan yang terkenal dari Kesultanan Bima adah Sultan Muhammad Salahuddin (1915 M). Beliau merupakan sultan yang dikenal karena membawa banyak perubahan.
Sultan Muhammad Salahuddin banyak mendirikan sekolah islam, mengubah system politik dan pemerintahan. Serta mendirikan beberapa masjid di setiap desa yang berada di bawah Kesultanan Bima. Tak hanya itu, system peradilan juga dipertegas sesuai dengan peradilan islam. Beliau juga memimpin peperangan untuk memperjuangkan berdirinya Indonesia.
Baca Juga: Kesultanan Islam Pertama, Ini Sejarah Kerajaan Perlak
Peninggalan Kesultanan Bima
1. Istana Asi Mbojo
Dalam sejarah Kesultanan Bima, salah satu bukti peninggalannya adalah Istana Asi Mbojo. Istana ini sebelumnya telah didirikan pada tahun 1888 dan pada tahun 1929 kembali digunakan. Istana Mbojo adalah tempat tinggal para sultan yang memimpin Kesultanan Bima nersama dengan para keluarga dan kerabat kesultanan.
2. Istana Asi Bou
Tak hanya Istana Asi Mbojo, peninggalan Kesultanan Bima yang lain adalah Istana Asi Bou. Istana Asi Bou pada zaman dahulu merupakan tempat singgah bagi para sultan beserta keluarganya. Istana Asi Bou tak semegah Istana Asi Mbojo dan bentuknya adalah seperti rumah panggung dan dibangun dengan uang pribadi Sultan Salahuddin.
3. Masjid Sultan Muhammad Salahuddin
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin, masjid ini dibangun kembali. Pada awalnya, masjid ini sudah berdiri sejak pemerintahan Sultan Kadim namun kondisinya telah rusak parah karena memang telah dibangun sejak tahun 1737 M. Inilah yang menyebabkan nama masjid ini adalah Masjid Salahuddin.
4. Masjid Al Muwahiddin
Tah hanya Masjid Sultan Muhammad Salahuddin, terdapat pula sebiah masjid yang sempat sebagai salah satu saksi sejarah Kesultanan Bima. Masjid ini bernama Masjid Al Muwahiddin.
Masjid ini dibangun pada tahun 1946 sebagai salah satu tempat ibadah dan tempat pembelajaran agama islam untuk menggantikan masjid sultan Muhammad salahiddin yang waktu itu rusak.
Demikianlah penjelasan terkait dengan kisah Kesultanan Bima. Kerajaan Bima yang awalnya bukanlah menganut agama Islam akhirnya berubah menjadi bentuk kesultanan setelah La Kai sebagai salah satu sultannya menganut islam. Hal ini tentu menjadi bukti bahwa penyebaran Islam di Nusantara sangat luas tak hanya terpaku di wilayah Jawa saja.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Islam Pertama